Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai
harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri
sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud,
maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena
usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Sebab
sering kita saksikan banyak orang tua terlalu mengharapkan kepada anak- anaknya
bagar menjadi dokter, insinyur, pendek kata mendapatkan jabatan atau pangkat
yang tinggi. Menurut dugaaan bahwa semua pangkat, jabatan yang tinggi mampu
memberikan kebahagiaan. Padahal belum tentu demikian. Justru orang yang
berpangkat, kaya, kelihatan terpandang hatinya gundah, pikirannya kusut dan
bingung.SebAliknya orang yang hidupnya serba sederhana kalau tidak mau
dikatakan kekuranganhatinya selalu bahagia, tenang, damau. Mengapa demikian?
Bila kita ingat dengan kehidupan itu tidak hanya di dunia saja, namun juga di akhirat, bahkan kehidupan disana lebih abadi. Maka sudah selayaknya “harapan” untuk hidup bahagia di kedua tempat itu sudah kita niati.
Bila kita ingat dengan kehidupan itu tidak hanya di dunia saja, namun juga di akhirat, bahkan kehidupan disana lebih abadi. Maka sudah selayaknya “harapan” untuk hidup bahagia di kedua tempat itu sudah kita niati.
Orang
yang hanya mengharapkan niatnya hidup kaya, cenderung mudah sekali terseret ke
jalan yang kurang baik. Sering orang yang seperti itu kurang memperhitungkan
dari aturan permainan dalammendapatkan kekayaan itu. Tidak jarang klalu
“menghalalkan cara”. Pegangan seperti itu mulai dilaksanakan sejak yang
bersangkutan duduk dibangku pendidikan. Dilanjutkan pada saat mencari jabatan
atau pekerjaan, dan disempurnakan pada waktu sudah menduduki suatu jabatan.
Akhirnya
bila sudah kaya, semata-semata semuanya itu hanya untuk memuaskan kehendaknya,
memuaskan hawa nafsunya. Karena kepuasan dilandasi hawa nafsu, makaselanya
tidak akan merasa puas. Dan akhirnya tidak akan dapat merasakan bahagia. Tidak
aneh orang itu nantinya akan melakukan hal-hal yang tidak terpuji, asal
kehendaknya terpenuhi.
Menurut kodratnya
manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut
dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota
masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup.
Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang
baik fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya. Ada dua hal yabg mendorong
orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup.
Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam din manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, bcrkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah-mereka.
Dorongan
kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bennacani-macant kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan-berpikirnya.
Keamanan
Setiap
orang membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir ia telah membutuhkan
keamanan. Begitu lahir, dengan suara tangis, itu pertanda minta perlindungan.
Setelah agak besar, setiap anak menangis dia akan diam setelah dipeluk oleh
ibunya. Setelah bertambah besar ia ingin dilindungi. Rasa aman tidak harus
diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, secara moral pun orang lain dapat
memberi rasa aman.
0 comment:
Post a Comment
Let me know ur opinion here